KATA PENGANTAR
puji syukur saya panjatkan
kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nyalah sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah keperawatan dengan pokok bahasan asuahan keperawatan Benigna
Prostat Hipertropi (BPH) . Makalah ini saya susun untuk memenuhi
kebutuhan dan tuntutan perkembangan ilmu keperawatan.
Saya sangat berharap setelah
membaca dan mempelajari makalah ini pembaca dan pengguna mendapatkan
pengetahuan yang lebih baik, terutama tentang
pengertian,penyebab,gejala yang di timbulkan serta perawatan dan
pengobatan dari BPH.
Mengingat dalam proses penyusunan makalah ini, saya merasa masih sangat jauh
dari sebuah kesempurnaan, baik itu dari segi pembahasan maupun
penggunaan kata-katanya. Oleh karena itu, saran dan kritik dari pembaca
khususnya dosen pembimbing sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Terimah Kasih
Maros,
15 Mei 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan
BAB II RUMUSAN MASALAH
Asuhan Keperawatan Benigna Prostat
Hipertropi ( BPH )
BAB III PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Istilah hipertrofi sebenarnya
kurang tepat karena yang terjadi adalah hiperplasia kelenjar periuretra
yangmendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi kapsul bedah.
(Anonim FK UI 1995).Prostat adalah jaringan fibromuskuler dan jaringan kelenjar
yang terlihat persis di inferior darikandung
kencing. Prostat normal beratnya + 20 gr, didalamnya berjalan uretra posterior
+ 2,5 cm.Pada bagian anterior difiksasi oleh ligamentum puboprostatikum
dan sebelah inferior oleh diafragmaurogenitale.
Pada
prostat bagian posterior bermuara duktus ejakulatoris yang berjalan miring dan
berakhir padaverumontanum pada dasar uretra prostatika tepat proksimal dari
spingter uretra eksternaProses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan
sehingga perubahan pada saluran kemih jugaterjadi secara perlahan-lahan. Pada
tahap awal setelah terjadinya pembesaran prostat, resistensi pada leher
buli- buli dan daerah prostat meningkat, serta otot destrusor menebal dan
merenggang sehingga timbul sakulasi ataudivertikel. Fase penebalan destrusor
ini disebut fase kompensasi.
Apabila
keadaan berlanjut, maka destrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami
dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadiretensio
urin yang selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran
kemih atas. Oleh karenaitu penting bagi perawat untuk mempelajari
patofisiologi, manifestasi klinis, prosedur diagnostik dan asuhankeperawatan
yang komprehensif pada klien Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) beserta
keluarganya.
B.
Tujuan
Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini yaitu :
Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini yaitu :
·
Sebagai bahan referensi dalam melaksanakn Asuhan Keperawatan BPH
·
Mengaplikasikan
ilmu yang sudah didapat secara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada
kliendengan BPH secara komprehensif
·
Mampu melaksanakan pengkajian secara menyeluruh pada
klien BPH .
Mampu menganalisa dan menentukan masalah keperawatan pada klien BPH. Mampu
melakukan intervensi dan implementasi untuk mengatasi masalah keperawatan yang
timbul padaklien BPH. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan pada klien BPH
·
Agar semua mahasiswa,khususnya para pembaca mengetahui bahwa apa
sebenarnya yang dimaksud dengan BPH,apa saja yang menjadi penyebab
terjadinya,gejala yang ditimbulkan dan bagaimana proses perawatan dan
pengobatannya.
BAB II
RUMUSANA MASALAH
Asuhan Keperawatan Pada Pasien
dengan Benigna Prostat Hipertropi
A. Pengertian
B. Etiologi
C. Patofisiologi
D. Manifestasi Klinis
E. Komplikasi
F. Pemeriksaan
Diagnosis
G. Penatalaksanaan
H. Asuhan Keperawatan
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Ø BPH adalah pembesaran atau
hypertropi prostat. Kelenjar prostat membesar, memanjang ke arah depan ke dalam
kandung kemih dan menyumbat aliran keluar urine, dapat menyebabkan
hydronefrosis dan hydroureter. Istilah Benigna Prostat Hipertropi sebenarnya
tidaklah tepat karena kelenjar prostat tidaklah membesar atau hipertropi
prostat, tetapi kelenjar-kelenjar periuretralah yang mengalami hiperplasian
(sel-selnya bertambah banyak. Kelenjar-kelenjar prostat sendiri akan terdesak
menjadi gepeng dan disebut kapsul surgical. Maka dalam literatur di benigna
hiperplasia of prostat gland atau adenoma prostat, tetapi hipertropi prostat
sudah umum dipakai.
Ø Hipertropi Prostat adalah
hiperplasia dari kelenjar periurethral yang kemudian mendesak jaringan prostat
yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah. (Jong, Wim de, 1998).
Ø Benigna Prostat Hiperplasi ( BPH )
adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasi
beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan
fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika (Lab / UPF Ilmu
Bedah RSUD dr. Sutomo, 1994 : 193).
Ø BPH adalah pembesaran progresif dari
kelenjar prostat ( secara umum pada pria lebih tua dari 50 tahun ) menyebabkan
berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran urinarius ( Marilynn,
E.D, 2000 : 671 ).
Ø Hiperplasia
prostat benigna adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara umum
pria lebih tua dari 50 tahun) menyebabkan berbagai derajat obstruksi urethral
dan pembatasan aliran urinarius (Doengoes, Morehouse & Geissler, 2000, hal
671).
Ø Kelenjar
prostat bila mengalami pembesaran, organ ini membuntu uretra Pars Prostatika
dan menyebabkan terhambatnya aliran urine keluar dari buli-buli (Poernomo,
2000, hal 74).
B.
Etiologi
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH
sampai sekarang belum diketahui. Namun yang pasti kelenjar prostat sangat
tergantung pada hormon androgen. Faktor lain yang erat kaitannya dengan
terjadinya BPH adalah proses penuaan Ada beberapa factor kemungkinan
penyebab antara lain :
v Dihydrotestosteron
Peningkatan 5 alfa reduktase dan
reseptor androgen menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami
hiperplasi .
v Perubahan keseimbangan hormon
estrogen – testoteron
Pada proses penuaan pada pria
terjadi peningkatan hormon estrogen dan penurunan testosteron yang
mengakibatkan hiperplasi stroma.
v Interaksi stroma – epitel
Peningkatan epidermal gorwth factor
atau fibroblast growth factor dan penurunantransforming growth factor beta
menyebabkan hiperplasi stroma dan epitel.
v Berkurangnya sel yang mati
v Teori sel stem
Teori
sel steam menerangkan bahwa terjadi proliferasi abnormal sel steam sehingga
menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi
berlebihan (Poernomo, 2000, hal 74-75).atau Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit
( Roger Kirby, 1994 : 38 ).
C.
Patofisiologi
Proses
pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan seiring dengan bertambahnya
usia sehingga terjadi perubahan keseimbangan hormonal yaitu terjadi reduksi
testosteron menjadi Dehidrotestosteron dalam sel prostat yang kemudian menjadi
faktor terjadinya penetrasi DHT ke dalam inti sel. Hal ini dapat menyebabkan
inskripsi pada RNA sehingga menyebabkan terjadinya sintesis protein yang
kemudian menjadi hiperplasia kelenjar prostat (Mansjoer, 2000 hal 329;
Poernomo, 2000 hal 74).
Pada
tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat, maka akan terjadi penyempitan
lumen uretra prostatika dan akan menghambat aliran urine. Keadaan ini
menyebabkan peningkatan tekanan intra vesikel. Untuk dapat mengeluarkan urine
buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan tersebut, sehingga
akan terjadi resistensi pada buli-buli dan daerah prostat meningkat, serta otot
detrusor menebal dan meregang sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Fase
penebalan detrusor ini disebut fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka
detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi
untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urine (Mansjoer, 2000, hal 329;
Poernomo, 2000 hal 76).
Tekanan
intravesikel yang tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak
terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat
menimbulkan aliran balik urine dari buli-buli ke ureter atau terjadi
refluks-vesiko ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan
hidroureter, hidronefrosis bahkan akhirnya dapat terjadi gagal ginjal
(Poernomo, 2000, hal 76).
D.
Manifestasi Klinik
Obstruksi
prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun keluhan di luar
saluran kemih.
1. Keluhan
pada saluran kemih bagian bawah
Keluhan pada saluran
kemih bagian bawah atau Lower Urinari Tract Symptoms (LUTS) terdiri atas gejala
iritatif dan gejala obstruktif.
Gejala iritatif
meliputi:
§ (frekuensi) yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat
terjadi pada malam hari (Nocturia) dan pada siang hari.
§ (nokturia), terbangun untuk miksi pada malam hari
§ (urgensi) perasaan ingin miksi yang sangat mendesak dan
sulit di tahan
§ (disuria).nyeri
pada saat miksi
Gejala obstruktif
meliputi:
§ rasa
tidak lampias sehabis miksi,
§ (hesitancy),
yaitu memulai kencing yang lama dan
seringkali disertai dengan mengejan yang disebabkan oleh karena otot destrussor
buli-buli memerlukan waktu beberapa lama meningkatkan tekanan intravesikal guna
mengatasi adanya tekanan dalam uretra prostatika.
§ (straining) harus mengejan
§ (intermittency) yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan
karena ketidakmampuan otot destrussor dalam pempertahankan tekanan intra vesika
sampai berakhirnya miksi.
§ dan
waktu miksi yang memanjang yang akhirnya menjadi retensi urine dan
inkontinensia karena overflow.
Untuk
menilai tingkat keparahan dari keluhan saluran kemih sebelah bawah, beberapa
ahli urology membuat sistem scoring yang secara subyektif dapat diisi dan
dihitung sendiri oleh pasien.
2.
Gejala pada saluran kemih bagian atas
Keluhan
akibat penyulit hiperplasia prostat pada saluran kemih bagian atas, berupa
gejala obstruksi antara lain: nyeri pinggang, benjolan di pinggang (yang
merupakan tanda dari hidronefrosis), yang selanjutnya dapat menjadi gagal
ginjal dapat ditemukan uremia, peningkatan tekanan darah, perikarditis,
foetoruremik dan neuropati perifer.
3.
Gejala di luar saluran kemih
Pasien
yang berobat ke dokter biasanya mengeluh adanya hernia inguinalis dan hemoroid.
Timbulnya kedua penyakit ini karena sering mengejan pada saat miksi sehingga
mengakibatkan peningkatan tekanan intra abdominal (Poernomo, 2000, hal 77 – 78;
Mansjoer, 2000, hal 330).
4.
warna urin merah cerah, pada hari ke-2
dan ke-3 post operasi menjadi lebih tua.
Menurut
Long (1996, hal. 339-340), pada pasien post operasi BPH, mempunyai tanda dan
gejala:
1. Hemorogi
a. Hematuri
b. Peningkatan nadi
c. Tekanan darah menurun
d. Gelisah
e. Kulit lembab
f. Temperatur dingin
2. Tidak mampu berkemih setelah kateter diangkat
3. Gejala-gejala intoksikasi air secara dini:
a. bingung
b. agitasi
c. kulit lembab
d. anoreksia
e. mual
f. muntah
E.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada
hipertropi prostat adalah Retensi kronik dapat menyebabkan refluks vesiko-ureter,
hidroureter, hidronefrosis, gagal ginjal.b. Proses kerusakan ginjal dipercepat
bila terjadi infeksi pada waktu miksic. Hernia / hemoroidd. Karena selalu
terdapat sisa urin sehingga menyebabkan terbentuknya batue.
Hematuriaf,
Pielonefritis,Aterosclerosis,Infark jantung,Impoten,Haemoragik post
operasi,Fistula,Striktur pasca operasi & inconentia urine.
F.
Pemeriksaan Diagnosis
v Laboratorium
Meliputi ureum (BUN), kreatinin,
elekrolit, tes sensitivitas dan biakan urin.
v Radiologis
Intravena pylografi, BNO, sistogram,
retrograd, USG, Ct Scanning, cystoscopy, foto polos abdomen. Indikasi sistogram
retrogras dilakukan apabila fungsi ginjal buruk, ultrasonografi dapat dilakukan
secara trans abdominal atau trans rectal (TRUS = Trans Rectal Ultra Sonografi),
selain untuk mengetahui pembesaran prostat ultra sonografi dapat pula
menentukan volume buli-buli, mengukut sisa urine dan keadaan patologi lain
seperti difertikel, tumor dan batu (Syamsuhidayat dan Wim De Jong, 1997).
v Prostatektomi Retro Pubis
v Pembuatan insisi pada abdomen bawah,
tetapi kandung kemih tidak dibuka, hanya ditarik dan jaringan adematous prostat
diangkat melalui insisi pada anterior kapsula prostat.
v rostatektomi Parineal
Yaitu pembedahan dengan kelenjar
prostat dibuang melalui perineum
v Prostatektomy
merupakan tindakan pembedahan
bagian prostate (sebagian/seluruh) yang memotong uretra, bertujuan untuk
memeperbaikialiran urin dan menghilangkan retensi urinaria akut.
G. penatalaksanaan
Non
Operatif
a.
Pembesaran hormon estrogen &
progesteron
b.
Massase prostat, anjurkan sering
masturbasi
c.
Anjurkan tidak minum banyak pada
waktu yang pendek
d.
Cegah minum obat antikolinergik,
antihistamin & dengostan
e.
Pemasangan kateter.
Operatif
Indikasi : terjadi pelebaran kandung kemih dan urine sisa 750 ml
f.
TUR (Trans Uretral Resection)
g.
STP (Suprobic Transersal
Prostatectomy)
h.
Retropubic Extravesical
Prostatectomy)
i.
Prostatectomy Perineal
H. Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Benigna Prostat Hipertropi (BPH)
1)
Pengkajian
Data subyektif :
o Pasien mengeluh sakit pada luka
insisi.
o Pasien mengatakan tidak bisa
melakukan hubungan seksual.
o Pasien selalu menanyakan tindakan
yang dilakukan.
o Pasien mengatakan buang air kecil
tidak terasa.
Data
Obyektif :
o Terdapat luka insisi
o Takikardi
o Gelisah
o Tekanan darah meningkat
o Ekspresi w ajah ketakutan
o Terpasang kateter
2) Diagnosa Keperawatan yang
Mungkin Muncul
·
Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan
dengan spasme otot spincter
·
Perubahan pola eliminasi : retensi urin
berhubungan dengan obstruksi sekunder
·
Disfungsi
seksual berhubungan dengan hilangnya fungsi tubuh
·
Potensial
terjadinya infeksi berhubungan dengan port de entrée mikroorganisme melalui
kateterisasi
·
Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit, perawatannya.
3)
Intervensi Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan spasme
otot spincter
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 3-5 hari pasien mampu
mempertahankan derajat kenyamanan secara adekuat.
Kriteria hasil:
a.
Secara
verbal pasien mengungkapkan nyeri berkurang atau hilang
b.
Pasien dapat beristirahat dengan tenang.
Intervensi:
a. Monitor dan catat adanya rasa nyeri,
lokasi, durasi dan faktor pencetus serta penghilang nyeri.
b. Observasi tanda-tanda non verbal
nyeri (gelisah, kening mengkerut, peningkatan tekanan darah dan denyut nadi)
c. Beri ompres hangat pada abdomen
terutama perut bagian bawah
d. Anjurkan pasien untuk menghindari
stimulan (kopi, teh, merokok, abdomen tegang)
e. Atur posisi pasien senyaman mungkin,
ajarkan teknik relaksasif. Lakukan perawatan aseptik terapeutikg. Laporkan pada
dokter jika nyeri meningkat
2.
Perubahan pola eliminasi urine: retensi urin berhubungan dengan obstruksi
sekunder.
Tujuan
:
Setelah dilakukan perawatan selama 5-7 hari pasien tidak
mengalami retensi urin
Kriteria
:
Pasien dapat buang air kecil teratur bebas dari distensi
kandung kemih.
Intervensi
:
a. Lakukan irigasi kateter secara
berkala atau terus- menerus dengan teknik steril
b. Atur posisi selang kateter dan urin bag sesuai
gravitasi dalam keadaan tertutup
c. Observasi adanya tanda-tanda shock/hemoragi
(hematuria, dingin, kulit lembab, takikardi, dispnea)
d.
Mempertahankan
kesterilan sistem drainage cuci tangan sebelum dan sesudah menggunakan alat dan
observasi aliran urin serta adanya bekuan darah atau jaringan
e.
Monitor
urine setiap jam (hari pertama operasi) dan setiap 2 jam (mulai hari kedua post
operasi)
f. Ukur intake output cairang. Beri
tindakan asupan/pemasukan oral 2000-3000 ml/hari, jika tidak ada kontra
indikasih. Berikan latihan perineal (kegel training) 15-20x/jam selama 2-3
minggu, anjurkan dan motivasi pasien untuk melakukannya.
3.
Resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan sumbatan saluran ejakulasi,
hilangnya fungsi tubuh
Tujuan
:
Setelah dilakukan perawatn selama 1-3 hari pasien mampu
mempertahankan fungsi seksualnya
Kriteria
hasil :
Pasien
menyadari keadaannya dan akan mulai lagi intaraksi seksual dan aktivitas secara
optimal.
Intervensi
:
a. Motivasi pasien untuk mengungkapkan
perasaannya yang berhubungan dengan perubahannya
b. Jawablah setiap pertanyaan pasien
dengan tepat
c. Beri kesempatan pada pasien untuk
mendiskusikan perasaannya tentang efek prostatektomi dalam fungsi seksual
d. Libatkan kelurga/istri dalam perawatan
pmecahan masalah fungsi seksual
e. Beri penjelasan penting tentang:
a.
Impoten
terjadi pada prosedur radikal
b.
Adanya
kemungkinan fungsi seksual kembali normal
c.
Adanya
kemunduran ejakulasif. Anjurkan pasien untuk menghindari hubungan seksual
selama 1 bulan (3-4 minggu) setelah operasi.
4.
Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan port de entrée ikroorganisme
melalui kateterisasi
Tujuan
:
Setelah
dilakukan perawatan selama 1-3 hari pasien terbebas dari infeksi
Kriteria
hasil:
a. Tanda-tanda vital dalam batas normal
b. Tidak ada bengkak, aritema, nyeri
c. Luka insisi semakin sembuh dengan
baik
Intervensi:
a. Lakukan irigasi kandung kemih dengan
larutan steril.
b. Observasi insisi (adanya indurasi
drainage dan kateter), (adanya sumbatan, kebocoran)
c. Lakukan perawatan luka insisi secara
aseptik, jaga kulit sekitar kateter dan drainage
d. Monitor balutan luka, gunakan
pengikat bentuk T perineal untuk menjamin dressing
e. Monitor tanda-tanda sepsis (nadi
lemah, hipotensi, nafas meningkat, dingin)
Kurang pengetahuan berhubungan
dengan kurang informasi tentang penyakit, perawatannya
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama
1-2 hari
Kriteria :
Secara verbal pasien mengerti dan
mampu mengungkapkan dan mendemonstrasikan perawatan
Intervensi :
a. Motivasi pasien/ keluarga untuk
mengungkapkan pernyataannya tentang penyakit, perawat
b. Berikan pendidikan pada
pasien/keluarga tentang:
o
Perawatan luka, pemberian nutrisi, cairan irigasi, kateter
o
Perawatan di rumahc. Adanya tanda-tanda hemoragi
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Walaupun Benigna Prostat Hipertropi
selalu terjadi pada orang tua, tetapi tak selalu disertai gejala-gejala klinik,
hal ini terjadi karena dua hal yaitu:1. Penyempitan uretra yang menyebabkan
kesulitan berkemih2. Retensi urin dalam kandung kemih menyebabkan dilatasi
kandung kemih, hipertrofi kandung kemih dan cystitis.Adapun gejala dan tanda
yang tampak pada pasien dengan Benigna Prostat Hipertrofi:a. Retensi urinb.
Kurangnya atau lemahnya pancaran kencingc. Miksi yang tidak puasd. Frekuensi
kencing bertambah terutama malam hari (nocturia)e. Pada malam hari miksi harus
mengejanf. Terasa panas, nyeri atau sekitar waktu miksi (disuria)g. Massa pada
abdomen bagian bawahh. Hematuriai. Urgency (dorongan yang mendesak dan mendadak
untuk mengeluarkan urin)j. Kesulitan mengawali dan mengakhiri miksik. Kolik
renall. Berat badan turunm. AnemiaKadang-kadang tanpa sebab yang diketahui,
pasien sama sekali tidak dapat berkemih sehingga harus dikeluarkan dengan
kateter. Karena urin selalu terisi dalam kandung kemih, maka mudah sekali
terjadi cystitis dan selaputnya merusak ginjal.
B. Saran
Adapun saran
yang dapat kami berikan yaitu :
Mengingat
dalam setiaap permasalahan kesehatan yang menyangkut saluran kemih,pastinya
melibatkan ginjal oleh karenanya hal-hal yang dapat kita lakukan sebagai wujud
pencegahan atau menjaga kesehatan diantaranya perbanyaklah mengkonsumsi air mineral,minimal
8 gelas perhari atau setara dengan 2 liter air untuk melancarkan pencernaan dan
kinerja fungsi ginjal.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges,
M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta, Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Long, B.C., 1996. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Lab / UPF Ilmu Bedah, 1994. Pedoman Diagnosis Dan Terapi. Surabaya, Fakultas Kedokteran Airlangga / RSUD. dr. Soetomo.
Hardjowidjoto S. (1999).Benigna Prostat Hiperplasia. Airlangga University Press. Surabaya
Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI. Jakarta.
Long, B.C., 1996. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Lab / UPF Ilmu Bedah, 1994. Pedoman Diagnosis Dan Terapi. Surabaya, Fakultas Kedokteran Airlangga / RSUD. dr. Soetomo.
Hardjowidjoto S. (1999).Benigna Prostat Hiperplasia. Airlangga University Press. Surabaya
Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI. Jakarta.
tks ya,makalahnya sudah membantu tugas saya, :) (y)
BalasHapus