BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Bronkitis berarti infeksi bronkus.
Bronkitis dapat dikatakan penyakit tersendiri, tetapi biasanya merupakan
lanjutan dari infeksi saluran peranpasan atas atau bersamaan dengan penyakit
saluran pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis, Bronkitis
pada asma dan sebagainya .
Sebagai penyakit tersendiri,
bronkitis merupakan topik yang masih diliputi kontroversi dan ketidakjelasan di
antara ahli klinik dan peneliti. Bronkitis merupakan diagnosa yang sering
ditegakkan pada anak baik di Indonesia maupun di luar negeri, walaupun dengan
patokan diagnosis yang tidak selalu sama.
Kesimpangsiuran definisi bronkitis pada anak bertambah
karena kurangnya konsesus mengenai hal ini. Tetapi keadaan ini sukar dielakkan
karena data hasil penyelidikan tentang hal ini masih sangat kurang.
B.
Tujuan
Adapun
tujuan dalam penyusunan makalah ini yaitu :
Ø Sebagai bahan referensi mahasiswa
untuk mengenal dan mengetahui seputar asuhan keperawatan Bronchitis
Ø Sebagai bahan pembelajaran
BAB II
RUMUSANA MASALAH
Asuhan
Keperawatan Bronchitis
Ø Pengertian
Bronchitis
Ø Etiologi
Ø Patofisiologi
Ø Manifestasi
Klinis
Ø Pencegahan
Ø Komplikasi
Ø Penatalaksanaan
Ø Pemeriksaan
Diagnostik
Ø Asuhan
Keperawatan
BAB
III
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Bronchitis
Bronkhitis adalah hipersekresi mukus
dan batuk produktif kronis berulang-ulang minimal selama 3 bulan pertahun atau
paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut pada pasien yang diketahui tidak
terdapat penyebab lain.
B. Etiologi
Ada 3 faktor utama yang mempengaruhi
timbulnya bronchitis yaitu :
·
Rokok
·
infeksi
·
polusi
·
faktor keturunan
·
status sosial
Rokok
Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok adalah penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1 detik. Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan juga dapat menyebabkan bronkostriksi akut.
Infeksi
Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie.
Polusi
Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat – zat kimia dapat juga menyebabkan bronchitis adalah zat – zat pereduksi seperti O2, zat – zat pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.
Keturunan
Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada penderita defisiensi alfa – 1 – antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.
Faktor sosial ekonomi
Kematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan
sosial ekonomi rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang
lebih jelek.
Adapun penyebab lainnya yaitu dapat di pengaruhi oleh :
Adapun penyebab lainnya yaitu dapat di pengaruhi oleh :
Ø secara congenital
Ø kelainan didapat.
Kelainan congenital
Dalam hal ini bronchitis terjadi sejak dalam kandungan.
Factor genetic atau factor pertumbuhan dan factor perkembangan fetus memegang
peran penting. Bronchitis yang timbul congenital ini mempunyai ciri sebagai
berikut :
Bronchitis mengenai hampir seluruh cabang bronkus pada satu atau kedua paru.
Bronchitis konginetal sering menyertai penyakit-penyakit konginetal lainya, misalnya : mucoviscidosis ( cystic pulmonary fibrosis ), sindrom kartagener ( bronkiektasis konginetal, sinusitis paranasal dan situs inversus ), hipo atau agamaglobalinemia, bronkiektasis pada anak kembar satu telur ( anak yang satu dengan bronkiektasis, ternyata saudara kembarnya juga menderita bronkiektasis ), bronkiektasis sering bersamaan dengan kelainan congenital berikut : tidak adanya tulang rawan bronkus, penyakit jantung bawaan, kifoskoliasis konginetal.
Bronchitis mengenai hampir seluruh cabang bronkus pada satu atau kedua paru.
Bronchitis konginetal sering menyertai penyakit-penyakit konginetal lainya, misalnya : mucoviscidosis ( cystic pulmonary fibrosis ), sindrom kartagener ( bronkiektasis konginetal, sinusitis paranasal dan situs inversus ), hipo atau agamaglobalinemia, bronkiektasis pada anak kembar satu telur ( anak yang satu dengan bronkiektasis, ternyata saudara kembarnya juga menderita bronkiektasis ), bronkiektasis sering bersamaan dengan kelainan congenital berikut : tidak adanya tulang rawan bronkus, penyakit jantung bawaan, kifoskoliasis konginetal.
Kelainan didapat
Kelaianan
didapat merupakan akibat proses berikut :
·
Infeksi
Bronchitis sering terjadi sesudah seseorang menderita pneumonia yang sering kambuh dan berlangsung lama, pneumonia ini merupakan komplikasi pertusis maupun influenza yang diderita semasa anak, tuberculosis paru dan sebagainya.
Bronchitis sering terjadi sesudah seseorang menderita pneumonia yang sering kambuh dan berlangsung lama, pneumonia ini merupakan komplikasi pertusis maupun influenza yang diderita semasa anak, tuberculosis paru dan sebagainya.
·
Obstruksi
bronkus
·
Obstruksi
bronkus yang dimaksud disini dapat disebabkan oleh berbagai macam sebab :
korpus alineum, karsinoma bronkus atau tekanan dari luar terhadap bronkus
C. Patofisiologi
Penemuan
patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar mukosa bronchus dan peningkatan
sejumlah sel goblet disertai dengan infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan
gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai peningkatan
sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil – kecil
sedemikian rupa sampai bronchiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar.
Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa terdapat
pada daerah industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas silia dan
pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan mekanisme
pertahanannya sendiri melemah. Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia.
Sel – sel penghasil mukus di bronkhus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus
mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan – perubahan
pada sel – sel penghasil mukus dan sel – sel silia ini mengganggu sistem
eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus dalam jumlah besar yang
sulit dikeluarkan dari saluran nafas.
D. Manifestasi
Klinis
Gejala dan tanda klinis yang timbul
pada pasien bronchitis tergantung pada luas dan beratnya penyakit, lokasi
kelainannya, dan ada tidaknya komplikasi lanjut. Ciri khas pada penyakit ini
adalah adanya batuk kronik disertai produksi sputum, adanya haemaptoe dan
pneumonia berulang. Gejala dan tanda klinis dapat demikian hebat pada penyakit
yang berat, dan dapat tidak nyata atau tanpa gejala pada penyakit yang ringan.
Bronchitis yang mengenai bronkus pada lobis atas sering dan memberikan gejala :
Bronchitis yang mengenai bronkus pada lobis atas sering dan memberikan gejala :
Keluhan-keluhan :
Batuk
Batuk pada bronchitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif berlangsung kronik dan frekuensi mirip seperti pada bronchitis kronis, jumlah seputum bervariasi, umumnya jumlahnya banyak terutama pada pagi hari sesudah ada perubahan posisi tidur atau bangun dari tidur. Kalau tidak ada infeksi skunder sputumnya mukoid, sedang apabila terjadi infeksi sekunder sputumnya purulen, dapat memberikan bau yang tidak sedap. Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, akan menimbulkan sputum sangat berbau, pada kasus yang sudah berat, misalnya pada saccular type bronchitis, sputum jumlahnya banyak sekali, puruen, dan apabila ditampung beberapa lama, tampak terpisah menjadi 3 bagian
a. Lapisan teratas agak keruh
b. Lapisan tengah jernih, terdiri atas
saliva ( ludah )
c. Lapisan terbawah keruh terdiri atas
nanah dan jaringan nekrosis dari bronkus yang rusak ( celluler debris ).
Haemaptoe
Hemaptoe terjadi pada 50 % kasus bronchitis, kelainan ini terjadi akibat nekrosis atau destruksi mukosa bronkus mengenai pembuluh darah ( pecah ) dan timbul perdarahan. Perdarahan yang timbul bervariasi mulai dari yang paling ringan ( streaks of blood ) sampai perdarahan yang cukup banyak ( massif ) yaitu apabila nekrosis yang mengenai mukosa amat hebat atau terjadi nekrosis yang mengenai cabang arteri broncialis ( daerah berasal dari peredaran darah sistemik ).
Hemaptoe terjadi pada 50 % kasus bronchitis, kelainan ini terjadi akibat nekrosis atau destruksi mukosa bronkus mengenai pembuluh darah ( pecah ) dan timbul perdarahan. Perdarahan yang timbul bervariasi mulai dari yang paling ringan ( streaks of blood ) sampai perdarahan yang cukup banyak ( massif ) yaitu apabila nekrosis yang mengenai mukosa amat hebat atau terjadi nekrosis yang mengenai cabang arteri broncialis ( daerah berasal dari peredaran darah sistemik ).
Pada dry bronchitis ( bronchitis
kering ), haemaptoe justru gejala satu-satunya karena bronchitis jenis ini
letaknya dilobus atas paru, drainasenya baik, sputum tidak pernah menumpuk dan
kurang menimbulkan reflek batuk., pasien tanpa batuk atau batukya minimal. Pada
tuberculosis paru, bronchitis ( sekunder ) ini merupakan penyebab utama
komplikasi haemaptoe.
Sesak nafas ( dispnue )
Pada sebagian besar pasien ( 50 %
kasus ) ditemukan keluhan sesak nafas. Timbul dan beratnya sesak nafas
tergantung pada seberapa luasnya bronchitis kronik yang terjadi dan seberapa
jauh timbulnya kolap paru dan destruksi jaringan paru yang terjadi sebagai
akibat infeksi berulang ( ISPA ), yang biasanya menimbulkan fibrosis paru dan
emfisema yang menimbulkan sesak nafas. Kadang ditemukan juga suara mengi (
wheezing ), akibat adanya obstruksi bronkus. Wheezing dapat local atau tersebar
tergantung pada distribusi kelainannya.
Demam berulang
Bronchitis merupakan penyakit yang
berjalan kronik, sering mengalami infeksi berulang pada bronkus maupun pada
paru, sehingga sering timbul demam (demam berulang)
Kelainan fisis
Tanda-tanda umum yang ditemukan
meliputi sianosis, jari tubuh, manifestasi klinis komplikasi bronchitis. Pada
kasus yang berat dan lebih lanjut dapat ditemukan tanda-tanda korpulmonal
kronik maupun payah jantung kanan. Ditemukan ronchi basah yang jelas pada lobus
bawah paru yang terkena dan keadaannya menetap dari waku kewaktu atau ronci
basah ini hilang sesudah pasien mengalami drainase postural atau timbul lagi
diwaktu yang lain. Apabila bagian paru yang diserang amat luas serta
kerusakannya hebat, dapat menimbulkan kelainan berikut : terjadi retraksi
dinding dada dan berkurangnya gerakan dada daerah yang terkena serta dapat
terjadi penggeseran medistenum kedaerah paru yang terkena. Bila terjadi
komplikasi pneumonia akan ditemukan kelainan fisis sesuai dengan pneumonia.
Wheezing sering ditemukan apa bila terjadi obstruksi bronkus.
E. Pencegahan
Timbulnya bronchitis sebenarnya
dapat dicegah, kecuali dalam bentuk congenital tidak dapat dicegah. Menurut
beberapa literature untuk mencegah terjadinya bronchitis ada beberapa cara :
Pengobatan dengan antibiotic atau
cara-cara lain secara tepat terhadap semua bentuk pneumonia yang timbul pada
anak akan dapat mencegah ( mengurangi ) timbulnya bronchitis
Tindakan vaksinasi terhadap pertusis
( influenza, pneumonia ) pada anak dapat pula diartikan sebagai tindakan
preventif terhadap timbulnya bronchitis.
F. Komplikasi
Ada
beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada pasien, antara lain :
·
Bronchitis kronik
·
Pneumonia
dengan atau tanpa atelektaksis, bronchitis sering mengalami infeksi berulang
biasanya sekunder terhadap infeksi pada saluran nafas bagian atas. Hal ini
sering terjadi pada mereka drainase sputumnya kurang baik
·
Pleuritis.
Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya pneumonia. Umumnya
pleuritis sicca pada daerah yang terkena.
·
Efusi pleura atau empisema
·
Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh
kuman penyebab infeksi supuratif pada bronkus. Sering menjadi penyebab kematian
·
Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh
darah cabang vena ( arteri pulmonalis ) , cabang arteri ( arteri bronchialis )
atau anastomisis pembuluh darah. Komplikasi haemaptoe hebat dan tidak
terkendali merupakan tindakan beah gawat darurat.
·
Sinusitis
merupakan bagian dari komplikasi bronchitis pada saluran nafas
·
Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila
terjadi anastomisis cabang-cabang arteri dan vena pulmonalis pada dinding bronkus
akan terjadi arterio-venous shunt, terjadi gangguan oksigenasi darah, timbul
sianosis sentral, selanjutnya terjadi hipoksemia. Pada keadaan lanjut akan
terjadi hipertensi pulmonal, kor pulmoner kronik,. Selanjutnya akan terjadi
gagal jantung kanan.
·
Kegagalan
pernafasan merupakan komlikasi paling akhir pada bronchitis yang berat da luas
·
Amiloidosis keadaan ini merupakan perubahan
degeneratif, sebagai komplikasi klasik dan jarang terjadi. Pada pasien yang
mengalami komplikasi ini dapat ditemukan pembesaran hati dan limpa serta
proteinurea.
G. Penatalaksanaan
·
Bronchodilator
( untuk mepermudah klien untuk bernafas ) fungsinya melebarkan bronchus
·
Anti
mikroba : jika batuk lebih dari 10 hari dan setelah pemeriksaan medis, dapat di
identifikasi bakteri penyebabnya, umumnya digunakan antibiotic / anti mikroba karena
penyebab bronchusnya bukan lagi virus
·
Kortikosteroid
: dapat menurunkan hiperaktivitas bronchus
·
Terapi
pernafasan : fisioterapi juga dapat berbentuk latihan pernapasan atau senam
pernafasan, hal ini selain mengefektifkan kerja otot-otot pernafasan juga
memberi rasa percaya diri yang besar pada klien
·
Terapi
aerosol
·
Terapi
inhalasi bronchodilator sangat efektif pada serangan bronco-spasma akut
pemberian dapat dengan mebulizer
·
Terapi
oksigen : diberikan pada penderita dalam serangan yang berat dan ada
tanda-tanda hipoksemia
H. Pemeriksaan
Diagnostik
·
Rontgen
dada : pembesaran jantung dengan diafragma normal/mendatar
·
Pemeriksaan
fungsi paru : Penurunan kapasitas vital (VC) dan volume ekspirasi kuat (FEV),
peningkatan volume residual (RV), kapasitas paru total (TLC) normal atau
sedikit meningkat.Selainitu untuk menentukan penyebab dispnoe, melihat
obstruksi, memperkirakan derajat disfungsi
·
Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit : dapat
sedikit meningkat
·
Tubular
shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel, keluar dari hilus
menuju apeks paru. bayangan tersebut adalah bayangan bronchus yang menebal.
·
Analisa
gas darah : hipoksia dengan hiperkapnia
Pa
O2 : rendah (normal 25 – 100 mmHg)
Pa
CO2 : tinggi (normal 36 – 44 mmHg)
·
Sinar
x dada : Dapat menyatakan hiperinflasi paru, mendatarnya diafragma, peningkatan
area udara retrosternal, hasil normal selama periode remisi
·
Sputum
: Kultur untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen.
·
EKG
: Disritmia atrial, peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF.
I. Asuhan
Keperawatan
Pengkajian.
Data dasar pengkajian pada pasien dengan bronchitis :
Data dasar pengkajian pada pasien dengan bronchitis :
Aktivitas/istirahat
Gejala :
Keletihan, kelelahan, malaise. Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari – hari. Ketidakmampuan untuk tidur. Dispnoe pada saat istirahat.
Tanda :
Keletihan Gelisah, insomnia. Kelemahan umum/kehilangan massa otot.
Keletihan Gelisah, insomnia. Kelemahan umum/kehilangan massa otot.
Sirkulasi
Gejala :
Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
Tanda :
Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat. Distensi vena leher. Edema dependent, Bunyi jantung redup. Warna kulit/membran mukosa. normal/cyanosis. Pucat, dapat menunjukkan anemia.
Integritas Ego
Gejala :
Peningkatan faktor resiko
Perubahan pola hidup
Tanda :
Ansietas, ketakutan, peka rangsang.
Makanan/cairan
Gejala :
Mual/muntah. Nafsu makan buruk/anoreksia Ketidakmampuan untuk makan Penurunan berat badan, peningkatan berat badan
Tanda :
Turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat. Penurunan berat badan, palpitasi abdomen
Hygiene
Gejala :
Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan
Tanda :
Kebersihan buruk, bau badan.
Pernafasan
Gejala :
Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama minimun 3 bulan berturut – turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun. Episode batuk hilang timbul.
Tanda :
Pernafasan biasa cepat. Penggunaan otot bantu pernafasan. Bentuk barel chest, gerakan diafragma minimal. Bunyi nafas ronchi. Perkusi hyperresonan pada area paru. Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu – abu keseluruhan.
Keamanan
Gejala :
Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan. Adanya/berulangnya infeksi.
Seksualitas
Gejala :
Penurunan libido. Interaksi social. Hubungan ketergantungan. Kegagalan dukungan/terhadap pasangan/orang dekat. Penyakit lama/ketidakmampuan membaik.
Tanda :
Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress pernafasan. Keterbatasan mobilitas fisik. Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain.
Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan
denga obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronchus.
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan broncokontriksi, mukus.
4. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual muntah.
5. Resiko tinggi terhadap infeksi
berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit kronis.
6. Intoleran aktifitas berhubungan
dengan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.
7. Ansietas berhubungan dengan
perubahan status kesehatan.
8. Kurang pengetahuan berhubungan
dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan dirumah.
Perencanaan Keperawatan
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
Tujuan :
Mempertahankan jalan nafas pasien.
Rencana Tindakan:
*Auskultasi bunyi nafas
R/ Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas.
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
Tujuan :
Mempertahankan jalan nafas pasien.
Rencana Tindakan:
*Auskultasi bunyi nafas
R/ Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas.
* Kaji/pantau frekuensi pernafasan.
R/ Tachipnoe biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan selama / adanya proses infeksi akut.
* Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir
R/ Memberikan cara untuk mengatasi dan mengontrol dispoe dan menurunkan jebakan udara.
* Observasi karakteristik batuk
R/ Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada lansia, penyakit akut atau kelemahan
* Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari
R/ Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret mempermudah pengeluaran.
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan
nafas oleh sekresi, spasme bronchus.
Tujuan
:
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan
oksigenasi jaringan yang adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas
gejala distress pernafasan.
Rencana
Tindakan:
* Kaji frekuensi, kedalaman
pernafasan.
R/ Berguna dalam evaluasi derajat
distress pernafasan dan kronisnya proses penyakit.
* Tinggikan kepala tempat tidur, dorong nafas dalam.
R/ Pengiriman oksigen dapat
diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan nafas untuk menurunkan kolaps
jalan nafas, dispenea dan kerja nafas.
* Auskultasi bunyi nafas.
R/ Bunyi nafas makin redup karena
penurunan aliran udara atau area konsolidasi
* Awasi tanda vital dan irama jantung
R/ Takikardia, disritmia dan
perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi
jantung.
* Awasi GDA
R/ PaCO¬2 biasanya meningkat, dan
PaO2 menurun sehingga hipoksia terjadi derajat lebih besar/kecil.
* Berikan O2 tambahan sesuai dengan indikasi hasil GDA
R/ Dapat memperbaiki/mencegah
buruknya hipoksia.
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.
Tujuan
:
perbaikan dalam pola nafas.
Rencana
Tindakan:
* Ajarkan pasien pernafasan diafragmatik
dan pernafasan bibir
R/ Membantu pasien memperpanjang
waktu ekspirasi. Dengan teknik ini pasien akan bernafas lebih efisien dan
efektif.
* Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dan periode istirahat
R/ memungkinkan pasien untuk
melakukan aktivitas tanpa distres berlebihan.
* Berikan dorongan penggunaan pelatihan otot-otot pernafasan jika diharuskan
R/ menguatkan dan mengkondisikan otot-otot pernafasan.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual muntah.
Tujuan
:
Menunjukkan peningkatan berat badan.
Menunjukkan peningkatan berat badan.
Rencana
Tindakan:
* Kaji kebiasaan diet.
R/ Pasien distress pernafasan akut,
anoreksia karena dispnea, produksi sputum.
* Auskultasi bunyi usus
R/ Penurunan bising usus menunjukkan
penurunan motilitas gaster.
* Berikan perawatan oral
R/ Rasa tidak enak, bau adalah
pencegahan utama yang dapat membuat mual dan muntah.
* Timbang berat badan sesuai indikasi.
R/ Berguna menentukan kebutuhan
kalori dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.
* Konsul ahli gizi
R/ Kebutuhan kalori yang didasarkan
pada kebutuhan individu memberikan nutrisi maksimal.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit kronis.
Tujuan
: mengidentifikasi intervensi untuk
mencegah resiko tinggi
Rencana Tindakan:
Rencana Tindakan:
* Awasi suhu.
R/ Demam dapat terjadi karena
infeksi atau dehidrasi.
* Observasi warna, bau sputum.
R/ Sekret berbau, kuning dan
kehijauan menunjukkan adanya infeksi.
* Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan sputum.
R/ mencegah penyebaran patogen.
* Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.
R/ Malnutrisi dapat mempengaruhi
kesehatan umum dan menurunkan tekanan darah terhadap infeksi.
* Berikan anti mikroba sesuai indikasi
R/ Dapat diberikan untuk organisme
khusus yang teridentifikasi dengan kultur.
Intoleran aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.
Tujuan :
Menunjukkan perbaikan dengan
aktivitas intoleran
Rencana tindakan:
Rencana tindakan:
* Dukung pasien dalam menegakkan
latihan teratur dengan menggunakan exercise, berjalan perlahan atau latihan
yang sesuai.
R/ Otot-otot yang mengalami
kontaminasi membutuhkan lebih banyak O2.
Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tujuan
:
pasien akan mengalami penurunan rasa ketakutan
dan ansietas.
Rencana
tindakan:
* Kaji tingkat kecemasan (ringan,
sedang, berat).
R/ Dengan mengetahui tingkat
kecemasan klien, sehingga memudahkan tindakan selanjutnya.
* Berikan dorongan emosional.
R/ Dukungan yang baik memberikan
semangat tinggi untuk menerima keadaan penyakit yang dialami
.
* Beri dorongan mengungkapkan
ketakutan/masalah
R/ Mengungkapkan masalah yang
dirasakan akan mengurangi beban pikiran yang dirasakan
* Jelaskan jenis prosedur dari pengobatan
R/ Penjelasan yang tepat dan
memahami penyakitnya sehingga mau bekerjasama dalam tindakan perawatan dan pengobatan.
* Beri dorongan spiritual
R/ Diharapkan kesabaran yang tinggi
untuk menjalani perawatan dan menyerahkan pada TYME atas kesembuhannya.
Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang proses penyakit dan perawatan di rumah
Tujuan
:
Mengatakan pemahaman kondisi/proses
penyakit dan tindakan.
Rencana
tindakan:
* Jelaskan proses penyakit individu
R/ Menurunkan ansietas dan dapat
menimbulkan partisipasi pada rencana pengobatan.
* Instruksikan untuk latihan afas, batuk efektif dan latihan kondisi umum.
R/ Nafas bibir dan nafas abdominal membantu meminimalkan kolaps jalan nafas dan meningkatkan toleransi aktivitas
* Diskusikan faktor individu yang meningkatkan kondisi misalnya udara, serbuk, asap tembakau.
R/ Faktor lingkungan dapat menimbulkan iritasi bronchial dan peningkatan produksi sekret jalan nafas.
Impelementasi
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan. Pada pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk mempertahankan jalan nafas, mempermudah pertukaran gas, meningkatkan masukan nutrisi, mencegah komplikasi, memperlambat memperburuknya kondisi, memberikan informasi tentang proses
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan. Pada pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk mempertahankan jalan nafas, mempermudah pertukaran gas, meningkatkan masukan nutrisi, mencegah komplikasi, memperlambat memperburuknya kondisi, memberikan informasi tentang proses
Evaluasi.
·
Mempertahankan
jalan nafas pasien
·
Menunjukan
perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat dengan
·
GDA
dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan
·
Menunjukan
peningkatan berat badan
·
Mengidentifikasi
intervensi untuk mencegah resiko tinggi
·
Menunjukan
perbaikan dengan aktivitas intoleran
·
Pasien
dapat memahami kondisi atau proses penyakit dan tindakan
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bronchitis
adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi ( ektasis ) bronkus lokal
yang bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan bronkus tersebut
disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi
elemen-elemen elastis dan otot-otot polos bronkus. Bronkus yang terkena umumnya
bronkus kecil (medium size ), sedangkan bronkus besar jarang terjadi.
Bronchitis kronis dan emfisema paru sering terdapat bersama-sama pada seorang pasien, dalam keadaan lanjut penyakit ini sering menyebabkan obstruksi saluran nafas yang menetap yang dinamakan cronik obstructive pulmonary disease ( COPD ).
Dinegara barat, kekerapan bronchitis diperkirakan sebanyak 1,3% diantara populasi. Di Inggris dan Amerika penyakit paru kronik merupakan salah satu penyebab kematian dan ketidak mampuan pasien untuk bekerja. Kekerapan setinggi itu ternyata mengalami penurunan yang berarti dengan pengobatan memakai antibiotik.
Di Indonesia belum ada laporan tentang anka-angka yang pasti mengenai penyakit ini. Kenyataannya penyakit ini sering ditemukan di klinik-klinik dan diderita oleh laki-laki dan wanita. Penyakit ini dapat diderita mulai dari anak bahkan dapat merupakan kelainan congenital
Bronchitis kronis dan emfisema paru sering terdapat bersama-sama pada seorang pasien, dalam keadaan lanjut penyakit ini sering menyebabkan obstruksi saluran nafas yang menetap yang dinamakan cronik obstructive pulmonary disease ( COPD ).
Dinegara barat, kekerapan bronchitis diperkirakan sebanyak 1,3% diantara populasi. Di Inggris dan Amerika penyakit paru kronik merupakan salah satu penyebab kematian dan ketidak mampuan pasien untuk bekerja. Kekerapan setinggi itu ternyata mengalami penurunan yang berarti dengan pengobatan memakai antibiotik.
Di Indonesia belum ada laporan tentang anka-angka yang pasti mengenai penyakit ini. Kenyataannya penyakit ini sering ditemukan di klinik-klinik dan diderita oleh laki-laki dan wanita. Penyakit ini dapat diderita mulai dari anak bahkan dapat merupakan kelainan congenital
B. Saran
Pada dasarnya ada beberapa hal yang
dapat kita lakukan agar tidak terinfeksi dengan penyakit bronchitis,yang
utamanya sangat mudah menular melalui udara.Diantaranya dengan melakukan
berbagai macam pencegahan yaitu :
·
Membatasi
aktivitas yang berlebihan
·
Tidak
tidur di kamar yang ber AC atau gunakan baju dingin, bila ada yang tertutup
lehernya
·
Hindari
makanan yang merangsang
·
Jangan
memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan mandikan anak dengan air
hangat
·
Jaga
kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan
·
Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar